Opini  

Iluni UNP, Mari Berkokok

Khairul Jasmi

Selalu ada hari pertama, untuk sebuah langkah panjang. Jika mau. Kalau tidak, tak apa-apa, sebab dimana-mana memang banyak yang begitu.

UNP dahulu IKIP Padang, berbilang tahun lamanya, dianggap perguruan tinggi kelas dua. Generasi saya ke bawah dan ke atas, marasai kanai cimeeh. Kita diam dan diam-diam membuktikan, “kami bisa.” Yang membuat “kami bisa” itu, ditentukan oleh diri sendiri baru kemudian oleh lembaga pendidikan.

Tentu tak perlu diajari garin memukul bedug.

Ketika wibawa dan prestasinya naik dalam beberapa tahun belakangan, auranya dibiarkan berlalu bersama waktu.

Ini bukan sikap merendah, tapi ketidakmampuan berbagai elemen di kampus dan para alumninya mengemas prestasi itu. Atau memang tak ingin ada hari pertama.

Dan ini soal ikatan alumni (Iluni), yang sejak tamat kuliah hingga anak sudah beranak pula, bahkan sudah bercucu, urusan alumni tak pernah selesai. Atau tak dikerjakan secara serius.

Pada 11 dan 12 Maret 2023 ini, Iluni Universitas Negeri Padang (UNP) /IKIP akan melaksanakan Mubes. Asal tak bacakak pula seperti tetangga, maka hebat.

Namun, bukan itu indikasi yang sesungguhnya, melainkan, bisa berbuat apa? Apa pula yang akan dperbuat alumni, di tengah semua kegiatan mesti pakai anggaran, maka dapat ditebak, lebih banyak kegiatan sosial.

Namun, sekali lagi bukan itu. Iluni UNP adalah organisasi yang bisa melahirkan ide-ide, bisa berbicara untuk isu-isu penting di tingkat lokal atau nasional. Bisa membantu almamater. Diperlukan pengurus yang punya jejaring dan satu organ kecil yang kerjanya mengurus ide-ide para alumni.

Untuk sebuah badan, lembaga satu organisasi diperlukan orang kuat. Kuat dalam ide, kuat dalam pikiran. Kuat dalam kerja di bidangnya. Atau kalau bisa hampir tak bisa ditandingi.

Bisa jadi Iluni UNP melahirkan peta intelektual Minangkabau. Hari ini, sumbangan signifikan atas perdebatan intelektual atau sesungguhnya, sengketa intelektual di daerah ini, semakin buruk. Buruk, terutama sejak urusan politik dan perasaan sudah menyatu.

UNP sebagai sebuah lembaga mesti bisa membantu menyelesaian sengketa ini, tapi sekarang sedang asyik dengan “nama baik” pembangunan dan silih-bergantinya orang besar berorasi di kampus. Ini membuat banyak pihak terlena, padahal di luar orang sudah kagum pada UNP. Orang UNP pura-pura tidak tahu. Atau, tahu, tapi tak jelas apa yang akan dikerjakan.