Harga Sawit Terjun Bebas 

PAYAKUMBUH – Harga sawit belakangan ini terjun bebas. Banyak petani sawit yang memekik. Merosotnya harga tandan buah segar (TBS) sawit yang awalnya Rp1.500-an per kilogram, kini turun di bawah angka Rp1.000/Kg. Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Solok Selatan Emi Susnawati, kepada wartawan di Payakumbuh, Minggu (26/6), mengatakan, ada beberapa persoalan yang membuat masih anjloknya harga TBS di daerah ini.

“Salah satunya disebabkan fenomena global yaitu dengan kebijakan pengurangan konsumsi sawit oleh India dan China sebesar 4,8 juta ton per tahun. Sehingga menjadikan pasar ekspor untuk minyak nabati atau vegetable oil akan semakin ketat. Hal tersebut berdampak pada penurunan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global,” ujarnya.

Menurutnya, selain persoalan diatas, berdasarkan keterangan eksportir kendala lainnya adalah akibat penyetopan ekspor CPO sejak 22 April lalu oleh Presiden Joko Widodo. Kebijakan itu membuat harga TBS semakin terjun bebas. Tidak hanya petani sawit Sumbar khususnya petani Solok Selatan yang menjerit, petani sawit Indonesia juga seperti ditimpa beban berat.

“Atas kondisi itu, negara impotir membuka kontrak pembelian ke negara lain seperti Malaysia dan negara pengasil CPO lainnya. Sehingga petani sawit kita benar-benar telah menderita dibuatnya. Kita menyarankan pemerintah untuk mengambil langkah darurat untuk keberlangsungan pengusaha dan petani kelapa sawit. Salah satunya dengan meningkatkan pemakaian CPO untuk bioenergi di tengah meroketnya harga bahan bakar fosil,” tambahnya.

Dikatakan, ketika larangan ekspor kembali dicabut pada 23 Mei 2022 lalu, negara importir harus memenuhi kontrak dulu dengan negara penghasil CPO lain yang dikontrak beberapa bulan lalu itu. “Dengan penuhnya beberapa tangki timbun di 4 PKS yang ada di Solsel, sehingga tidak ada tempat untuk stok lagi di PKS. Untuk itu, kita berharap dalam hal ini negara harus hadir untuk menyelamatkan nasib petani sawit Indonesia. Karena kalau harga seperti ini terus, dikhawatirkan petani sawit tidak mampu lagi merawat kebun dan memenuhi kebutuhan hidupnya serta meyekolahkan anak-anak mereka,” katanya.

Ditambahkannya, sebagai ketua asosiasi petani dirinya meminta pemerintah, mulai dari gubernur, menteri pertanian hingga Presiden Joko Widodo, agar tegas dalam hal ini. “Tolong rakyat bapak yang notabene petani kelapa sawit. Yang kami minta hanya soal harga berpedoman pada Permentan Nomor 01 Tahun 2018 dan ketetapan harga tim penetap provinsi. Mudah-mudahan jeritan kami ini bisa didengarkan,” tambahnya lagi.

Saat ini, disampaikannya, Ketua Apkasindo Pusat sedang berkomunikasi dan berkoordinasi dengan asosiasi pelaku usaha sawit baik di sektor hulu maupun hilir termasuk Bulog, RNI dan BUMN lainnya. Untuk secara maksimal melaksanakan arahan dari Presiden RI, agar stabilnya harga TBS sesuai dengan harga yang ditetapkan di masyarakat.

“Untuk saat ini kami akan berkoordinasi dengan DPW Apkasindo Sumatera Barat. Karena Ketum kami bang Gulat Manurung, sudah menekankan, jika harga tidak naik sampai akhir bulan ini, seluruh petani sawit dari Aceh sampai Papua, akan membanjiri kantor Kemendag dan Kementan di Jakarta,” pungkasnya. (yuke)