Gunung Fuji, Salju di Atas Awan

Seorang turis memoto kawannya di tepian telaga desa Oshino Hakkai, Jepang, Rabu (16/1) fto KJ

Laporan Khairul Jasmi

TOKYO-Salju turun di Oshino Hakkai, desa molek di kaki Gunung Fuji. Tubuh tropis saya menggigil meski dibungkus 3 lapis baju hangat. Pesona kampung ini luar biasa, apalagi ada jagung rebus berasap seharga 500 yen atau Rp65 ribu.

Pada awalnya saat pagi bulat sempurna, Tokyo telah bangun. Saya shalat subuh, bergegas turun. Ternyata saya orang kedua yang sampai di ruangan sarapan pagi. Masih terkunci. Di depan saya ada bule, tinggi besar.

Hari ini, Rabu (16/1) suhu 6 derajat Celcius, saya hendak ke Gotemba, kota kecil di timur Fuji, gunung di kartu pos itu. Bergerak sekitar dua jam ke arah barat, ke daerah makmur di kaki gunung setinggi 3.776 meter itu. Sepanjang jalan terlihat rumah penduduk dan gedung-gedung yang bertingkat. Di negeri komik Naruto ini, jalan mulus memang mulus, tak ada gelombang, sehingga nyaman di kendaraan. Dan di jalan, menjelang Gotemba saya melihat puncak Fuji, dibalut salju, bagai gypsum di atas kapal. Lalu lenyap.

Saya sampai di lokasi belanja para turis di Gotemba. Konsepnya sama dengan di Eropa dan Amerika, sebuah kawasan dengan deretan outlet. Di sini yang barang dengan merek-merek terkenal. Ya sudahlah. Sementara suhu melorot ke 5 derajat terus 4 dan akhirnya 2 derajat. Saya masuk toko keluar toko melihat-lihat sembari menghangatkan badan.

Tak lama saya meluncur ke Oshino Hakkai, obyek wisata andalan Jepang. Ada apa di desa ini? Tobek, yang disebut danau. Ada sekitar empat buah, airnya jernih dan ok

Ikannya jinak. Ada beberapa kincir air, dengan saluran irigasi yang lancar dan deras. Inilah air dari Gunung Fuji yang puncak sampai ke pipinya diselimuti salju.

Pengunjung ramai, entah dari mana. Susah saya membedakan bangsa-bangsa Asia Timur, serupa saja semua. Mungkin masih dari Jepang atau Korea. Sekelompok orang berfose dengan spanduk jalan-jalannya, tak bisa saya baca, karena abjad saja saya tak tahu.

Jumlah pengunjung dipastikan lebih banyak dari warga setempat. Mereka datang silih berganti. Semua berjaket tebal. Wisatawan disambut dengan petunjuk jalan yang jelas, tempat parkir yang luas dan tanpa bayar. Toilet yang modern, bersih dan tanpa bayar. Harga-harga yang jelas dan semua bersih.

Salju turun

Sedang berusaha melawan dingin 2 derajat, suhu drop lagi. Salju pun turun, bagai tepung dibawa angin. Halus. Dingin sekali, tangan saya mulai kaku dan sarung tangan sangat membantu.

Salju di kaki Fuji bagi saya hal istimewa, entah kalau bagi orang lain. Anak saya yang fotografer, riang sekali karena menemukan spot-spot foto yang rancak.