Payakumbuh – Pasca Festival Maek yang digelar beberapa waktu lalu, nagari seribu menhir itu kembali mendapat sorotan. Petualangan intelektual di lembah Maek dengan menhir-menhir yang menjulang, yang terletak di nagari Maek, kecamatan Bukik Barisan, kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, dalam segala perdebatan, kembali membuka mata intelektual seluruh anak bangsa, untuk membuka tabir dan misteri yang terkandung di daerah itu.
Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Supardi, didampingi Sekretaris Dinas Pariwista Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Barat Yayat Wahyudi, Direktur festival Maek Donny Eros dan Kurator S. Metron, menyampaikan hal itu, ketika menggelar jumpa pers pasca festival Maek di Agam Jua Payakumbuh, Sabtu (24/8). Hadir dalam kesempatan itu, Camat Bukik Barisan Faizil Aziz, Walinagari Maek Efrizal Hendri Dt. Patiah, serta sejumlah tokoh lainnya.
“Selama ini kita terjebak pada pengungkapan deskriptif bentuk fisik menhir nya saja. Sehingga menimbulkan kedangkalan informasi dan sulit membangun narasi rekonstruksi, atas yang paling utama yakni kompleksitas sosialnya. Salah satu fakta masa lalu yang menjelaskan adanya interaksi dan relasi kebudayaan universal dengan wilayah lain di Nusantara dan Asia yang bahkan dibeberapa kebudayaan masih berlanjut hingga masa kini. Layaknya sebuah peradaban, objek mengalit di Maek tidak hanya berupa menhir, justru lebih kompleks, dimana juga ditemukan seperti lesung batu bermotif, meja batu, punden berundak dan banyak lagi yang lain,” ujarnya.
Menurutnya, untuk memajukan nagari Maek, tentu dibutuhkan dorongan dari semua pihak. Kegiatan Maek yang dimulai dari pra festival, festival dan pasca festifal ini telah mendapat respon positif dari berbagai pihak. Mulai dari Pemkab Limapuluh Kota, pihak propinsi, dukungan dari pusat dan dari manca negara.
“Potensi Maek perlu kita gali besama dan memberikan narasi setiap potensi yang ada. Karena dengan begitu, apa yang ada, apa yang terlihat tak pelan-pelan lenyap. Seperti menhir yang hilang satu persatu dan kita hanya terpana menatapnya. Dengan dukungan semua pihak, Maek bukan hanya akan menjadi pusat kebudayaan, tetapi juga pusat penelitian dan pariwisata yang berkelanjutan,” tambah Supardi.
Sementara itu, Walinagari Maek Efrizal Hendri Dt. Patiah, pada kesempatan itu, mengucapkan terimakasih kepada Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat yang telah merintis dan membuka tabir dan misteri Maek melalui pokok pikirannya bersama jajaran Disparpora Provinsi, para seniman, budayawan, sastrawan, wartawan dan para arkeologi.
Menurutnya, dengan terlaksananya festival Maek beberapa hari lalu, tentu sangat banyak mamfaatnya bagi masyarakat kabupaten Limapuluh Kota, terkhusus masyarakat nagari Maek. Pasca festival Maek tersebut, pihaknya tentu masih berharap agar kedepannya banyak agenda yang bisa dihairkan di nagari Maek. Yang diutamakan saat ini adalah jalan menuju Maek.
“Kami berharap jalan menuju nagari Maek dibangun oleh pemkab, pemprov dan pihak pusat secepatnya, tentu hal yang menakutkan di Maek, seperti yang disebut, jalan ke Maek terjal, berbukit, berliku dan sebagainya tidak diragukan lagi oleh pengunjung dan Maek akan semakin tacelak, diyakini akan maju dengan pesat,” ucapnya. 207