Fakhrizal Terpilih: Turun ke Nagari, Bukan Gila ke Jakarta

Fakhrizal dan Genius Umar bersama sejumlah wartawan. (ist)

PADANG – Kalau mau jadi gubernur, apa modal? Visi misi? Mana? Kalau sekadar hoyak hosen ABS-SBK sudah lama ada. Gaya lamo. Bagi-bagi beras, kampanye berselimut di balik jabatan, gaya lama juga. Rakyat sudah tahu itu. Lalu apa syaratnya? Apa yang hendak diperbuat? Bukan ota, tapi harus ada konsep yang bagus. Makanya, belok kiri, putar kanan, tibanya di Fakhrizal juga. Cagub ini sudah punya konsep yang mantap.

Fakhrizal akan membangun ekonomi pertanian. Caranya? Pupuk tersedia. Tidak seperti sekarang, tiap sebentar gantung. Pestisida murah. Tidak seperti sekarang, tiap tahun naik. Harga-harga hasil pertanian, tiap sebentar ambruk. Fakhrizal sedang mencari orang, bagaimana bisa memenuhi semua kebutuhan dapur Batam, Kepulauan Riau. Sekarang saja bawang perai tak terpenuhi, permintaan 100 baru bisa dikirim sepertiga. Bawang perai misalnya. Belum lagi beras, lado, bawang, ketumbar. Jadi, Fakhrizal ingin fokus ke pertanian.

Jalan tol yang baru 4,2 Km itu, jika Fakhrizal jadi gubernur berdua dengan wagubnya Genius Umar, akan mengawalnya dengan ketat, turun ke jalan, tidak pandang-pandang saja dari Padang. Sekarang, banyak pandang dari kerja. Kerja sedikit, suara besar. Entah apa yang terjadi di negeri ini, provinsi ini. Jadi sudahlah, apa juga lagi. Hebat benar cagub-cagub Sumatera Barat ini, apa kerjanya bisa dinikmati nanti. Fakhrizal yang lagak aslinya Minang itu, bisa ditagih.

Dalam pandangan empiris, Sumatera Barat hari ini dibalut masalah, hasil pertanian tidak terjual dengan baik dan murah. Ini karena pasar sesuka hatinya saja, kadang murah, kadang mahal. Pertanian kita, tidak tergarap dengan baik. Lahan milik keluarga hanya 0,5 hektare, kalau ada di atas itu, maka dia orang kaya. Mana ada diperhatikan pemerintah. Itu baru lahan, belum lagi tentang hasil pertanian semisal gambir, kayu manis, kopi, pemerintah ikut-ikutan lalu kusut masai. Karet, tak direvitalisasi, sawit milik swasta, sedang rakyat di sana-sana saja. Jadi, gubernur besok ini, harus fokus pada pertanian. Jangan yang dipikirkan yang tinggi-tinggi.

Sumatera Barat yang katanya industri otak itu, kadang hanya galambuang saja. Tikamnya kurang. Banyak yang menggebu saat kampanye saja, kalau sudah terpilih, gila ke Jakarta saja, ditanya dia marah-marah. Dibuat pers, dia mengambok. Kalau Fakhrizal dan Geinus menang? Kita kawal, kita ingatkan baik-baik, jangan gila ke Jakarta saja, tapi ke desa, ke nagari, bertemu rakyat. Semua kepala daerah kita dengan alasan rapat, tiap cacah ke Jakarta. Sepekan bisa 4x kali ke Jakarta. Entah apa yang dia cari di sana. Ke Nagari? Indak ado. Dalam pidato ada.

Sudah rahasia umum, waktu kampanye lunak gigi dari lidah, “kita akan perhatikan rakyat, kita akan membangun kampung halaman, pemuda harapan bangsa, bundo kanduang jangan dilupa.” Itu otak intelek saja. Kenyataannya tidak demikian. Ulama dan niniak mamak kita gandeng? Hahaha tanya saja sama ulama dimana di Sumbar ini ada ulama dan ninik mamak digandeng dengan serius? Oh ada dong. Alhamdulillah.

Kebudayaan tak disentuh, kepedulian pada alam, penangulangan bencana alam dilupakan. Lupo apak tu, baa juo lai. Indak pangana we-e sinan doh. Maunya bangun mall, maunya bangun gedung maunya yang indak-indak saja. Bangun rakyat, bangun pertaniannya, bangun ekonominya. Provinsi itu ada karena ada rakyat. Malah ekonomi rakyat yang diabaikan. Buka baju, pakai singket saja, turun bantu rakyat. Tiga tahun paling lama menjujut ekonomi rakyat. Kalau gubernur turun, maka bupati dan walikota jangan sok mantap. Ini wilayah saya, ini rakyat saya. Lalu indak basapo-an jo gubernur. Kalau begitu berhenti sajalah Anda sekarang. Fokuslahlah pada rakyat, jangan WTP ke WTP juga lagi. Ambil cangkul bekerja bersama rakyat. (*)