FaGe Berkomiten Terhadap Isu Gender, Peluang Perempuan Lebih Terbuka

“Sumbar termasuk nomor 17 atau 18 dari 34 provinsi di Indonesia, padalah kita adalah daerah yang memakai kultur garis keturunan ibu (matrilineal). Sementara keterlibatan perempuan di areal publik di Sumbar amat sangat kurang mendapat perhatian,” ujar Sitti.

Bahkan Sitti yang juga anggota Komisi V DPRD Sumbar dari Fraksi Golkar ini, mengaku seringkali meminta kepada gubernur agar dalam penyusunan OPD itu mohon dilibatkan perempuan, minimal 30 persen sesuai dengan amanah UU tentang Afirmasi perempuan.

“Kenyataannya, apa yang jadi usulan saya di Komisi V agar dilibatkan perempuan dalam pengisian jabatan di OPD tidak ditanggapi. Pemprov selalu beralasan tidak ada perempuan, persoalanya tidak ada perempuan yang mau, tapi diberi kesempatan yang penting dulu atau politicalwill kepala daerh yang dinilai tidak ada,” kata Sitti.

Malah yang cukup mengherankan dia, dari 36 OPD ada di Sumbar saat ini, tidak ada kepala dinasnya dari perempuan, semuanya pria.

Dia mencontohkan, di Dinas Kesehatan Sumbar yang sejak 15 tahun belakanng dijabat oleh perempuan, tapi kini tidak lagi. Kepala dinasnya sekarang laki-laki.

Sitti mengaku berjuang mati-matian di DPRD agar OPD ini menjadi dinas, agar ada peningkatan alokasi anggarannya seimbang dengan jasa lain, tetap tidak bisa.

“Justru yang menariknya, posisi kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Sumbar ini dijabat oleh laki-laki. Seharusnya untuk dinas ini berikan kesempatan kepada perempuan, padahal banyak perempuan yang berkarir di situ, tapi tidak diberi kesmpatan,” tukas Sitti lagi.

Makanya, lanjut dia, dengan visi misi yang diusung paslon Fage dengan memuat isu gender/perempuan dalam program kerjanya, dirinya optimistis persoalan gender ini bisa diaktualisasikan.

“Alasan saya yakin calon wakil gubernur Fage yakni Genius Umar, karena di Kota Pariaman yang dipimpinnya menunjukan partisipasi perempuan bagus. Itu saya buktikan sendiri saat melakukan beberapa pelatihan di kota itu,” Siti Izati Aziz menegaskan.

Tidak itu saja, kebijakan dari Pemko Pariaman terhadap perempuan pun cukup tinggi ini dilihat dengan adanya dukungan anggaran yang cukup.

“Saya meyakini, nantinya pemberdayan perempuan yang pernah dilakukan Genius Umar di Kota Pariaman nantinya akan dikolaborasikan dengan pemikiran yang ada pada cagub Fakhrizal nantinya. Karena Fakhrizal bukan sosok yang otoriter, malah memberi peluang luas, dan saya percaya keterlibatan perempuan akan lebih terbuka,” kata Siti Izati Aziz. (rel)