Diskusi FMM, Tokoh Minang Bicara Sumbar Saat Ini dan ke Depan

Sejumlah tokoh hadir berdiskusi membicarakan Sumbar ke depan. (ist)

Sementara Buya Masoed Abidin menyatakan dulu orang Minang adalah rujukan, k edepan itu harusnya dipertahankan.

Dia melihat, saat ini Sumbar dalam kondisi kritis. Hal itu terlihat dari adanya kasus pelacuran yang terungkap, lalu ada korupsi uang masjid dan BAZ yang nilainya mencapai miliaran.

“Ini tentu perlu menjadi pemikiran kita semua. Pertemuan ini hendaknya bisa anggap sebagai langkah awal memperbaiki apa yang telah diobrak abrik oleh orang sekarang untuk Sumbar lebih baik,” katanya.

Sementara anggota DPR RI Guspardi Gaus menyatakan saat ini, Sumbar Sumbar sudah tertinggal dalam berbagai hal. “Kita lihat bahkan perguruan tinggi kita makin melorot. Padahal itu yang kita harapkan bisa menjadi ladang pengkaderan tokoh-tokoh kita dimasa datang,” katanya.

Selain itu, dia juga mengajak para tokoh untuk bisa menjembatani ranah dengan rantau, sehingga potensi rantau ini bisa dimanfaatkan untuk kampung halaman.

Pun demikian dengan Darul Siska yang menyatakan persoalan kita saat ini komunikasi tidak bagus.

Kekayaan alam dengan sumber daya manusia tidak matching, sehingga menghambat pengembangan potensi yang kita miliki. “Harus ini tentunya harus dibenahi,”

Dia juga mengatakan, demokrasi kita saat ini berdasarkan angka-angka. “Siapa yang punya dukungan besar, dia yang dapat posisi. Jadi kita tentu juga harus sadar diri,” katanya.

Sementara Andrinof Chaniago menyatakan persoalan saat ini adalah bagaimana membentuk lagi karakter dan mengubah mainset.

“Kita bisa mulai dari yang kecil-kecil misalnya membentuk karakter anak agar lebih baik. Seperti yang kami lakukan di Komunitas Tanah Ombak, bagaimana mengubah anak-anak pantai dari yang dulunya suka bicara asal bahkan kotor kini menjadi lebih santun dan sopan. Ini tentunya perlu menjadi perhatian. Hambatan utama untuk maju di karakter, etos kerja dan bagaimana saling menghormati,” katanya.