Dibantu PT Bukit Asam, DKP3 Sawahlunto Turunkan Tim untuk Cegah PMK

 

Sawahlunto – Menyikapi merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menyebabkan 8.000 ternak sapi mati, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sawahlunto turun langsung ke lapangan. Tim yang terdiri dari 10 tenaga kesehatan hewan ini bertugas memantau dan mencegah penyebaran PMK di wilayah Sawahlunto.

Kepala DKP3 Sawahlunto, Heni Purwaningsih, membenarkan hal tersebut saat ditemui di ruang kerjanya pada Kamis sore (30/1). Heni menjelaskan tim telah turun langsung selama dua hari, yaitu pada 6 dan 7 Januari, dan sejauh ini belum ditemukan kasus PMK di daerah tersebut.

Meskipun belum ditemukan kasus PMK, Heni menegaskan bahwa pihaknya terus memantau kondisi ternak sapi dan kambing milik masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang tersebar di empat kecamatan, yaitu Talawi, Barangin, Lembah Segar, dan Silungkang. Populasi ternak di Sawahlunto saat ini mencapai 4.900 ekor sapi dan 2.500 ekor kambing.

“Kami telah mengusulkan penambahan vaksin ke Dinas Provinsi untuk mengantisipasi jika dibutuhkan dalam jumlah besar. Hal ini agar pelayanan tidak terhambat jika suatu saat ditemukan virus PMK pada hewan ternak warga. Selain itu, kebersihan kandang juga harus diperhatikan untuk mencegah penularan penyakit PMK,” papar Heni.

DKP3 Sawahlunto juga telah memiliki satu unit ambulance yang siap melayani masyarakat. Ambulance ini merupakan bantuan CSR dari PT. Bukit Asam Tbk (PTBA).

Menurut Heni, ambulance tersebut memiliki fungsi multifungsi, yaitu dapat digunakan untuk inseminasi buatan (IB) pada hewan ternak maupun untuk membawa masyarakat yang terkena gigitan anjing gila. Heni mengucapkan terima kasih kepada PTBA yang telah membantu menyediakan ambulance senilai Rp 300 juta.

Heni juga menyoroti masalah banyaknya anjing yang berkeliaran di Sawahlunto. Dia meminta pemilik anjing untuk lebih memperhatikan hewan peliharaannya.

“Jika ada masyarakat yang digigit anjing, proses pengobatannya rumit karena harus ke Bukittinggi. Di sisi lain, jika anjing liar dimusnahkan, ada protes dari pihak pecinta hewan. Kami serba salah, harus memilih antara menyelamatkan nyawa manusia atau anjing,” ujarnya.

Mengenai kebutuhan daging di Sawahlunto, Heni menyatakan bahwa kondisi saat ini masih aman. Untuk hewan kurban, pihaknya akan memprioritaskan peternak lokal. “Jika ada kekurangan, baru kami akan mencari dari luar Sawahlunto,” pungkas Heni. (bandi)