Dharmasraya Usulkan Tinggalan Batu Gamping Jadi Geopark Nasional

Kegiatan Budaya di Sungai Batanghari Kabupaten Dharmasraya.

PULAU PUNJUNG – Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, terus menggenjot potensi wisata, salah satunya dengan mengusulkan kawasan tinggalan Batu Gamping di Kenagarian Silago, Kecamatan IX Koto menjadi Taman Geopark yang diakui secara nasional.

Kawasan geopark tersebut adalah sebuah konsep manajemen pengelolaan kawasan yang menyerasikan keragaman geologi di kawasan itu, berupa sebaran batu gamping di perbukitan yang terbentuk secara alami lengkap dengan keragaman hayati dan budaya masyarakat adat sekitar.

” Dalam pengelolaannya melalui prinsip konservasi serta menjadi objek edukasi yang pengembangannya dilaksanakan secara berkelanjutan,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Budparpora) Dharmasraya, Sutan Taufik, Rabu (16/12).

Katanya, susunan batuan jenis tersebut merupakan satu-satunya di Sumatera. Sehingga diyakini bisa menjadi pembeda yang akan dijadikan ikon pengembangan industri kepariwisataan di Dharmasraya. Tanpa adanya pengakuan sebuah objek tinggalan secara nasional, maka akan sulit untuk mengembangkan suatu kawasan menjadi salah satu destinasi wisata mengingat desain pengembangan dari kementerian terkait lebih mendahulukan pembangunan kawasan yang sudah diakui dan ditetapkan sebagai aset nasional.

Dengan ditetapkannya status kawasan tersebut sebagai taman nasional, maka pengembangan potensi pariwisata dan budaya di Dharmasraya yang dikenal sebagai salah satu kawasan yang memiliki sejarah peradaban tertua sejak masa kejayaan zaman Hindu-Budha dan kerajaan Melayu Islam di nusantara.

“Sekarang bersama tim dari pihak provinsi sedang mengupayakan, melengkapi dokumen dan data pendukung kawasan tersebut. Kemudian dipaparkan dihadapan tim penilai Geopark tingkat nasional bersama empat Kabupaten lainnya di Sumatera Barat, yang diperkirakan berlangsung Januari 2021 mendatang,” terangnya.

Lebih jauh ia memaparkan, selain potensi bentang alam dan susunan batuan, pihaknya juga menjadikan sederet atraksi kebudayaan dan kesenian tradisi khas Kerajaan Dharmasraya sebagai objek yang akan dikembangkan dalam menata dunia kepariwisataan di Dharmasraya.

Khusus untuk kawasan Taman Geopark Batu Gamping Silago, beberapa atraksi budaya seperti napak tilas Rajo Tigo Selo serta kesenian Silek Bailau yang merupakan tarian yang dikolaborasi dengan gerakan silat tradisi untuk penyambutan tamu kehormatan serta hamparan kawasan perkampungan masyarakat adat khas suku Minangkabau bakal diupayakan pelestarian dan pengembangannya.

Tak hanya itu, pengembangan kawasan taman geopark tersebut juga akan diselaraskan dengan upaya pelestarian sejumlah tradisi adat dan kebudayaan di kecamatan lainnya. Seperti situs tinggalan Kerajaan Siguntur dengan tarian khasnya, Tari Toga, sebuah tarian yang mengaktualisasikan permohonan pengampunan dari Raja Siguntur.

“Kemudian di situs tinggalan Kerajaan Pulau Punjung dengan Alek Laman Silek Pangian, sebuah aliran silat tradisi yang berkembang pesat di kawasan kerajaan melayu nusantara hingga negeri tetangga serta beberapa prosesi adat Bakaru atau Bakaua atau berdoa memasang niat dan hajat seperti yang masih dilanggengkan masyarakat adat di kawasan Kerajaan Koto Besar, ” jelasnya.

Sutan Taufik menambahkan, semuanya itu dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip kearifan lokal dengan melibatkan setiap unsur masyarakat adat dalam kultur sosial tinggalan Kerajaan Dharmasraya secara umum.

Sehingga cita-cita untuk menjadikan Kabupaten Dharmasraya sebagai salah satu pusat kajian agama Islam dan pusat penelitian peradaban sejarah melayu kuno yang diyakini adalah cikal bakal berdirinya peradaban Kerajaan di Minangkabau bisa diwujudkan secara bertahap.

“Muaranya adalah pelestarian dan pengembangan kawasan itu bisa memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dari sektor kepariwisataan,” pungkasnya. (roni)