Berusia 6 Tahun, Semen Indonesia Lewati Ketatnya Persaingan

Dirut, Yosviandri didampingi Direktur Operasional, Firdaus, Direktur Keuangan, Tri Hartono Rianto, Komisaris, Werry Darta Taifur, Komisaris, Khairul Jasmi,memotong tumpeng pada tasyakuran Hari Ulang Tahun (HUT) ke-6. PT Semen Indonesia (persero) Tbk yang dulunya bernama PT Semen Gresik (persero) Tbk. Ist

PADANG – PT Semen Indonesia (persero) Tbk yang dulunya bernama PT Semen Gresik (persero) Tbk, berusia 6 tahun, sejak Kementerian BUMN melakukan perubahan nama tersebut melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa tanggal 20 Desember 2012.

Sebagai bentuk rasa syukur atas pencapaian usia PT Semen Indonesia (persero) Tbk yang sudah melebihi setengah dekade tersebut, manajemen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk bersama anak usahanya, menggelar kegiatan Tasyakuran Hari Ulang Tahun (HUT) ke-6.

Dengan tema “Reshaping to The Next Level”, kegiatan Tasyakuran itu digelar di Kantor Pusat PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, yaitu di The East Tower lantai 18, Jakarta. Kegiatan tersebut, juga diikuti secara serentak di Operating Company Semen Indonesia Group dan ditayangkan melalui video teleconference, yakni Semen Padang, Semen Gresik, Semen Indonesia Tuban, Semen Tonasa, dan di Thang Long Cement Company (TLCC) Quang Ninh, Vietnam. Tasyakuran itu juga diikuti oleh dewan direksi dan komisaris semen Indonesia Group.

Direktur Utama PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Hendi Priyo Santoso mengatakan di 2018, Semen Indonesia Group mampu melewati ketatnya persaingan semen secara nasional dengan selamat dan aman. Bahkan, postur semen Indonesia Group sendiri semakin baik dan sehat.

Jika dilihat beberapa tahun belakangan, kata dia, di tahun 2014 laba Semen Indonesia Group mencapai Rp5,6 triliun. Kemudian di 2017 di tahun pertama dirinya menjadi Dirut PT Semen Indonesia (persero) Tbk, laba pun turun mencapai Rp2 triliun.

“Kondisi itu paling galau, karena banyaknya persaingan. Semen asal China pun masuk ke Indonesia. Kemudian, naiknya harga batu bara sebagai bahan bakar juga mempengaruhui Semen Indonesia group. Dan ini menghawatirkan bagi saya ketika itu,” kata Hendi.

Namun, lanjutnya, dengan adanya keyakinan bahwa Semen Indonesia Group punya infrastruktur yang baik, dan punya postur sebagai market leader, ia pun sebagai pimpinan Semen Indonesia Group, kemudian melakukan strategi baru dengan beberapa program transformasi yang diterapkan di seluruh holding PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Beberapa program transformasi itu, jelasnya, adalah menyadarkan insan Semen Indonesia Group bahwa harga semen di pasaran sudah tidak normal, mesikupun di beberapa tempat, Semen Indonesia Group sendiri mempunyai market share yang paling dominan.

Kemudian program transformasi lainnya, yaitu mengembalikan Tuban sebagai bussines unit, menerapkan konsep low cost high margin di seluruh holding, menerapkan standar maintenance yang ketat, dan melakukan program berani, yaitu memangkas anggaran Rp860 miliar di akhir tahun 2018.

“Melalui beberapa program tersebut, revenue, ebitda, ebitda margin dan laba bersih seluruh holding Semen Indonesia Group, seperti Semen Padang, Semen Tonasa, Semen Gresik, Semen Indonesia Tuban, termasuk TLCC pun naik,” ujarnya.

Bahkan secara nasional, sambung Hendi, kenaikannya hampir 60 persen. Dan tentunya, kenaikan tersebut menandakan bahwa Semen Indonesia group sebagai raksasanya industri semen di Indonesia, sudah bangun dari tidur.

“Meski begitu, kita jangan berpuas diri dan teruslah menggali potensi yang ada. Entah itu pasar, produk dan cara kita melayani pelanggan kita. Dengan melakukan ini, maka target kita 2019 Insya Allah tercapai,” tuturnya.