Batik Tanah Liek Tampil Memukau Diajang Indonesia Fashion Week 2019

Yori Oktorino, Owner Galeri Batik Tanah Liek Pusako Mande, sedang memamerkan selendang dan rok baju kurung bermotif Batik Tanah Liek di galerinya Jalan S. Parman No. 225 A Ulak Karang Utara Padang. Ist

PADANG-Untuk pertama kalinya Batik Tanah Liek tampil dalam Indonesia Fashion Week (IFW) 2019. Dalam ajang bergengsi tersebut Batik Tanah Liek yang telah dimodifikasi diperagakan dalam 12 model busana muslim, memukau penonton.

Yori Oktorino, Owner Galeri Batik Tanah Liek Pusako Mande, kepada Singgalang, Selasa (2/4) mengatakan modifikasi antara Batik Tanah Liek dengan renda, payet dan aksesoris lainnya, membuat baju muslim yang diperagakan pada IFW yang berlangsung dari 27 hingga 31 Maret terlihat elegan dan modern.

“Alhamdulillah, respon undangan saat peragaan baju muslim berbahan Batik Tanah Liek yang sudah dimodifikasi sangat bagus. Ini memberi kekuatan positif bagi saya untuk terus mengembangkan potensi produk lokal menjadi sesuatu yang luar biasa di kancah nasional hingga internasional,” kata Yori, di galerinya Jalan S. Parman No. 225 A Ulak Karang Padang.

Dijelaskannya, batik asal Sumbar ini dinamakan tanah liek karena menggunakan tanah liek (liat) dalam proses pewarnaannya. Warna tanah liat yang kuning kecoklatan ini akhirnya menjadi warna dasar kain sebelum diberi motif. Pewarnaan Batik Tanah Liek menggunakan getah tumbuh-tumbuhan dan tanah liat.

Untuk warna digunakan getah gambir, rambutan, pinang, jengkol dan lain. Pembuatannya hampir sama dengan batik pada umumnya, tetapi kain sebelum diberi motif terlebih dahulu direndam dalam air yang sudah dicampur dengan tanah liat. Barulah dibuat motif menggunakan canting dengan model batik tulis. Setelah motif selesai dibuat, kain lalu diwarnai. Untuk menguatkan warna tanah liek, kain bisa direndam lagi dengan air tanah liat. Untuk motif, hingga saat ini masih tetap menggunakan motif-motif tradisional yang biasanya juga digunakan untuk ukiran Rumah Gadang, seperti motif itiak pulang patang, kaluak paku, pucuak rabuang, dan lainnya.

Nuansa alamiah yang ada pada Batik Tanah Liek ini pula yang membuat setiap orang yang pertama kali melihat Batik Tanah Liek seakan “tersihir”.

“Batik Tanah Liek tidak hanya disukai masyarakat Indonesia, tapi juga luar negeri. Banyak orang asing yang sekali melihat langsung kagum dengan Batik Tanah Liek,” sebut Yori.

Bicara soal harga, Batik Tanah Liek memang rata-rata di atas harga batik lain. Ini karena proses pembuatan motif yang lama dan menggunakan bahan alami tanah liek tanpa zat kimia sedikit pun. Kondisi ini menyebabkan pangsa pasar Batik Tana Liek dengan motif tulis banyak digandrungi kalangan menengah ke atas. Meski demikian, agar dapat dijangkau konsumen menengah ke bawah juga tersedia batik dengan motif printing.

Saat ini sebut Yori, permintaan kosumen dari berbagai kalangan sangat tinggi. Dia pun sedikit kewalahaan memenuhi permintaan tersebut. Terakhir ada permintaan dari Hongkong dan India.

Seiring dengan perkembangan zaman, dalam waktu dekat Yori akan membuat pakaian berbahan Batik Tanah Liek yang bisa dipakai untuk setiap kesempatan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Batik Tanah Liek itu nantinya, akan dikombinasikan dengan bahan lain seperti kaos, kemeja, blezer dan model baju lain sesuai selera pasar.

Sebagai pelaku bisnis, Yori mengaku tak hanya ingin memikirkan keuntungan, namun dia juga berpikir untuk terus mengembangkan dan mempertahankan potensi Batik Tanah Liek sebagai warisan leluhur. Jika tidak, Batik Tanah Liek sebagai salah satu kerajinan di Ranah Minang akan punah seiring perkembangan zaman.

Untuk tahap awal, Galeri Batik Tanah Liek Pusako Mande, telah membuat baju kaos yang dimodifikasi dengan Batik Tanah Liek, dengan edisi terbatas. Jumlah itu langsung laris manis dipasaran. Saat ini sedang dirancang pembuatan kaos modifikasi Batik Tanah Liek berikutnya.