Bank Sampah Pegadaian jadi Harapan Menabung Emas Kaum Papa

Suana pemilahan sampah di Bank Sampah Panca Daya yang dibangun PT Pegadaian (persero), yang berlokasi di belakang Kantor Camat Kuranji, Jalan Bypass Padang. Ist

YUNISMA

WARTAWATI TOPSATU.COM

 

PADANG-Sejak diresmikan, pada Sabtu (6/4) gedung bank sampah Panca Daya yang dibangun PT Pegadaian (persero), yang berlokasi di belakang Kantor Camat Kuranji, Jalan Bypass terus saja memberi harapan bagi “kaum papa” untuk menabung emas.

Menabung emas bagi masyarakat dengan ekonomi lemah mungkin tak semudah yang mereka bayangkan. Apalagi di zaman sekarang dengan kondisi ekonomi serba sulit. Harga sembako mahal. Sebuah kemustahilan bagi mereka untuk menabung atau menyimpan logam mulia tersebut. Seiring berjalannya waktu, perlahan tapi pasti mimpi mereka bisa terwujud.

Seperti diutarakan Arnelis AS warga Kalumbuak. Dia adalah salah satu anggota Bank Sampah Panca Daya Kuranji Padang. Sejak adanya bank sampah yang dibangun PT. Pegadaian Persero itu dia mulai rajin memilih dan memilah sampah, kemudian dijualnya ke bank sampah tersebut. Lalu dia pun bergegas mengumpulkan sampah dan membawanya pulang.

“Sekarang tabungan saya sekitar Rp600 ribu. Belum sampai 1 emas. Selama ini saya hanya bermimpi punya tabungan emas. Alhamdulillah mimpi saya kini jadi kenyataan,” kata ibu dua anak itu.

Anggota Bank Sampah Panca Daya yang dibangun PT Pegadaian (Persero), Padang, Sumatera Barat, memperagakan buku tabungan emas yang mereka miliki. Ist

Dia pun berbagi tentang cara menabung emas di Bank Sampah tersebut. Mulanya dia mencari dan mengumpulkan sampah. Sampah paling banyak dikumpulkannya adalah kardus. Kalau dijual 1 kg dihargai sekitar Rp1.200 hingga Rp1.300. Harga itu tidak tetap. Bisa turun bisa naik.

Sehari-hari, perempuan yang akrab disapa Nen adalah kader posyandu dan kader PAUD dan sejumlah organisasi masyarakat lain. Suaminya seorang sopir ekspedisi. Makanya dia dengan mudah mendapatkan kardus demi kardus. Tak puas dengan kardus Nen juga mengumpulkan botol air mineral, kertas-kertas yang bisa dijadikan uang dan ditabung menjadi emas.

Ketika mengumpulkan sampah bernilai jual tersebut, istri dari Budi S Manur Rahman itu tak pernah malu. Malah setiap sampah yang terlihat olehnya seolah seperti “emas” yang berserakkan.

“Pernah saya dicandaiin sama anak. E..bunda kayak pemulus saja. Lalu saya jelasin pada anak-anak, kalau sampah itu adalah emas yang akan ditabung untuk berbagai kebutuhan nanti dan masa depan,” kata Nen.