Azizah Assattari, Anak Padang yang Membawa Game Indonesia Mendunia

JAKARTA – Azizah Assattari seorang wanita kelahiran Padang, 12 April 1988 merupakan lulusan dari S1 Desain Komunikasi Visual dan S2 Game dan Teknologi dari sebuah perguruan tinggi negeri ternama di Bandung, yaitu Institut Teknologi Bandung.

Membawa game Indonesia mendunia, Azzizah Assattari yang menjadi salah satu nominator 7 Millenial Heroes dan 10 Pemuda Paling Berpengaruh di Indonesia pada tahun 2019 oleh Presiden Joko Widodo ini pun mulai mendirikan perusahaannya sendiri bernama Lentera Nusantara pada tahun 2016 bersama dengan co foundernya, Wahyu Agung Pramudito.

Wahyu Agung Pramudito sendiri merupakan seorang lulusan PhD dari universitas ternama di luar negeri yang bernama Manchester University dengan bidang keahlian electro engineering dan telah mengeluarkan paten di bidang 5G. Memadukan bidang keahlian yang tinggi dari seni dan teknologi, mereka Lentera Nusantara merupakan perusahaan startup yang bergerak dalam pengembangan konten digital dan budaya berbasis teknologi seperti game yang bertemalokal Indonesia.

Azizah Assattari dibawah Lentara Nusantara mengawali karier dengan membuat game bernama “Ghost Parade”, dengan tema makhluk fantasi yang diangkat dari kebudayaan Indonesia.

“GhostParade” adalah alam semesta yang berpusat dari cerita dari seorang gadis kecil yang bertemandengan hantu dan makhluk gaib. Dikelilingi suasana magis dan mistis, “Ghost Parade”menceritakan kisah gadis bernama Suri yang tersesat di hutan dan mencoba untuk kembali kerumah. Sepanjang jalan, ia berteman dengan banyak hantu mistis di dalam hutan untuk membimbingnya.

Sebagai imbalannya, para hantu membutuhkan bantuan Suri untuk mengambil kembali hutan dari manusia yang menghancurkannya.

Azizah Assattari ingin meningkatkan kesadaran kepada para audiens tentang pelestarian budaya dan banyak lagi masalah lingkungan seperti deforestasi dan binatang langka. Konflik utama dalam cerita ini ada karena orang-orang mulai merusak hutan yang merupakan rumah untuk banyak hantu dan binatang. Di alam semesta ini, Azizah Assattari ingin orang-orang percaya bahwa manusia bisa lebih berbahaya dari hantu. “Ghost Parade” pun telah diterbitkan di level global oleh publisher terbaik nomor 7 di dunia yakni Aksys Games.

Tidak berhenti berkarya, Azzizah Assattari dibawah Lentera Nusantara akan merilis galeri seni digital dan fisikalnya yaitu “Semesta Nusantara Gallery” pada hari Rabu (02/02/2022) bertempat di Lentera Nusantara Studio, JL. Cigadung Selatan II No. 7 Kota Bandung. Kegiatan ini dimulai dengan membuka whitelist exclusive untuk 202 adopter karya pertama, lalu akan berlanjut hingga tanggal 22 Februari 2022 (22/02/2022), dimana Lentera Nusantara akan melepas 707 koleksi seni metaverse dengan tajuk “Sapta Semesta Jagadnata”. Hal ini sekaligus menandai dibukanya gerbang karya cipta nusantara ke semesta (metaverse) blockchain.

Koleksi seni metaverse dengan tajuk “Sapta Semesta Jagadnata” ini menceritakan tentang penciptaan semesta dalam 7 pengetahuan sang pencipta. Maha Jagadnata, juga dikenal sebagai Tuhan menamai siang, malam, langit, bumi, laut, dan semua makhluk hidup segera setelah menciptakannya, dengan demikian menyelesaikan proses penciptaan itulah yang disebut Sapta Semesta Jagadnata, atau Tujuh Seni Liberal Penciptaan Semesta (Metaverse).

Tujuh Seni Liberal Semesta (Sapta Semesta Jagadnata) dipisahkan menjadi dua bagian besar dalam perjalanan fisik dan jiwa manusia. Mereka adalah Trivium yang terdiri dari Grammatica, Dialectica, dan Rhetorica.

Sedangkan Quadrivium terdiri dari Arithmetica, Geometria, Musica, dan Astronomia. Trivium berfokus pada mempelajari seni dialog jiwa dan pikiran, sedangkan Quadrivium berfokus pada mempelajari seni menyusun dunia fisik yang sebenarnya.

Perilisan “Semesta Nusantara Gallery” ini merupakan lanjutan dari karya-karya Azzizah Assattari sebelumnya. “Semesta Nusantara Gallery” hadir dengan roadmap untuk menggabungkan galeri fisik di seluruh dunia dan galeri digital di metaverse, dalam wujud karya dengan cerita IP naratif dari konten lokal Indonesia.

Proyek berbasis seni NFT/krypto serta pengembangan ke permainan game play-to-earn ini dirancang Lentera Nusantara dengan tujuan untuk mengungkap potensi dan nilai Seni Nusantara di level standar global.

Tidak sendirian, kali ini dalam pembuatan “Semesta Nusantara Gallery” ini Azizah Assatari didukung penuh oleh Riri Amalas Yulita, salah satu mentor paling esensial dalam karir Azizah di dunia kreatif mutimedia yang juga merupakan lulusan dari S1 Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung dan S2 Institut Manajemen Telkom.

Mendukung penuh misi mengarahkan mata dunia ke Nusantara ini dengan sepenuh hati, Riri Amalas Yulita seseorang yang nama besarnya telah malang melintang lebih dari 20 tahun di dunia komunikasi digital dengan menjadi direktur anak perusahaan PT. Telkom, serta pernah berhasil meraih Satyalancana Wira Karya pada tahun 2020 dari Presiden Joko Widodo ini pun memilikivisi dan misi yang sama.

Didasari oleh visi dan misi yang sama itulah Azizah Assatari dan Riri Amalas Yulita ingin memperkenalkan banyak hal mengenai seni budaya Indonesia dimata dunia, lalu membuat sebuah inovasi yang dapat memerdekakan karya cipta Indonesia di semesta digital.

Selain itu, Azizah Assatari dan Riri Amalas Yulita berharap nantinya masa depan karya-karya digital berbasis kekayaan intelektualan diungkap ke banyak kreasi IP dan beragam media seperti komik dan game.

Tidak berhenti sampai disitu, hadirnya “Semesta Nusantara Gallery” sekaligus merilis platform edukasi creator digital yang bernama “Lentera Creator’s Edu”, sebuah hybrid methods yang memadukan online dan offline class dengan visi mengangkat kekayaan alam, budaya, serta pariwisata Indonesia.

Pengembangan platform edukasi khusus kreator Indonesia ini juga membawa mimpi untuk mengedukasi bangsa menjadi kreator kelas dunia, dengan tujuan untuk membawa kekayaan khasanah nusantara, baik itu dalam karya seni ataupun kisah mitologi, sebagai sebuah wujud kekayaan intelektual tingkat tinggi di metaverse global.

Untuk selanjutnya, Azizah Assattari akan melebarkan karyanya pada desa wisata Indonesia, adat kebudayaan minang kabau, dan beberapa kolaborasi dengan fashion artist ternama. Dengan keberadaan “Semesta Nusantara Gallery” ini menunjukan kesungguhan karya-karya dari Azizah Assattari dibawah Lentera Nusantara dalam memperkenalkan budaya Indonesia, serta Azizah Assatari tidak akan menolak ajakan untuk kolaborasi demi tertujunya mata dunia terhadap Indonesia.

Selain itu, nantinya sebagian hasil dari karya “Semesta Nusantara Gallery” akan didonasikan kepada Yayasan Kanker agar dapat mendukung keberlangsungan pendidikan anak-anak dengan orang tua penderita kanker. Sehingga “Semesta Nusantara Gallery” ini bisa menjadi wadah dunia untuk terus bertumbuh, berkembang, dan bermanfaat.

“Melalui karya ini kami ingin mengatakan pada dunia bahwa Lentera Nusantara mampu menggabungkan tekonologi dan karya lokal Indonesia dengan kualitas terbaik dibalut dengan cara yang unik untuk mengharumkan nama bangsa keseluruh dunia sehingga dapat bermanfaat untuk semesta, demikian visi kami berdua,” ungkap Azizah Assatari dan Riri Amalas Yulita.

Berkolaborasi dengan mitra kelas global seperti nama-nama besar Gramedia, Kompas, Tokyo Crypto, Aksys Games, serta disupport oleh berbagai instansi pemerintahan dan kementerian dengan visi serupa dan juga berbagai kemitraan lainnya.

“Semesta Nusantara Gallery” diharapkan mendapat dukungan besar dari Indonesia. Lentera Nusantara akan terus berkomitmen untuk terus mengangkat karya cipta nusantara di semesta global,” katanya. (105)