Awaluddin Kahar, Mantan Wartawan Singgalang Berpulang

Alfian ketika menjadi pejabat kehumasan di lingkup Pemkab Tanah Datar juga lama bekerjasama, dalam kapasitas Awkar waktu itu selaku wartawan Harian Umum Singgalang di Batusangkar.

Penulis terakhir bertemu dengan Bang Awkar, begitu ia akrab disapa wartawan yang lebih muda dari dia, di sebuah kedai di depan RSUD Padang Panjang sekitar enam bulan lalu. Di pagi Minggu itu, dia maracak sepeda motornya dari Padangke Padang Panjang usai Shalat Subuh.

Awkar pernah bertugas selaku koordinator daerah Harian Singgalang di kota berjuluk Serambi Mekah itu. “Alhamdulillah, saya sehat. Sekarang senang bekerja di Baznas Kota Padang, berurusan dengan banyak warga yang tak mampu. Bahagia rasanya bila dapat membantu mereka,” katanya.

Ketika sama-sama bertugas sebagai wartawan di Kota Padang, Bang Awkar diposkan oleh Pimpinan Redaksi Singgalang H. Darlis Syofyan (alm) di DPRD Sumbar. Ketika mendapat tugas dari koordinator liputan mencari narasumber dari kalangan legislatif, saya sering ‘magang’ dengan Bang Awkar ke gedung DPRD Sumbar tersebut.

Satu hal yang kukuh dipegangnya sampai berhenti jadi wartawan Singgalang dan pindah ke Mimbar Minang adalah soal sebutan terhadap profesi jurnalis. Dia paling alergi mendengar sebutan kuli tinta untuk wartawan. “Kita bukan kuli tinta. Wartawan adalah pekerja profesional,” katanya suatu malam di hadapan Redaktur Pelaksana (waktu itu) Harian Singgalang; H. Adi Bermasa.

Berdasarkan catatan Muhammad Subhan, Bang Awkar sudah jadi wartawan dan anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Aceh sejak 1989. Waktu itu. Dia masih tercatat mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Kampusnya itu punya media kampus bernama Ar-Raniry Pos. Dia banyak menulis di media tingkat institut tersebut.

Pada waktu bersamaan, di Fakultas Syariah ada pula tabloid kampus bernama Kuntum. Bang Awkar adalah pemimpin redaksinya.