Opini  

Analisis Cepat Methamphetamin pada Rambut Pengguna Sabu Menggunakan Gas Kromatografi Spekstroskopi Massa

Oleh Fauziah, Mahasiswa Universitas Perintis Indonesia

Methamphetamin merupakan salah satu obat psikostimulansia dan simpatomimetik yang peredarannya dibatasi di Indonesia. Peredaran illegal semakin meningkat pada Tahun 2015dan sering disalahgunakan sehingga diperlukan metode analisis yang akurat untukmendeteksi senyawa tersebut. Pada penelitian ini, sebanyak sepuluh sampel telahdikumpulkan dari rambut pengguna narkotika jenis sabu-sabu. Analisis dilakukan menggunakan Gas Chromatography Mass Spektroscopy (GCMS) dengan kolom HP 5 MS.Ekstraksi sampel rambut menggunakan pelarut metanol : etil asetat (9:1). Derivatisasimenggunakan N-methyl-N-trimethylsilyl trifluoroacetamide (MSTFA) dan 1% trimethyliodosilane (TMIS) dengan sonikasi pada 43 KHz. Uji pendahuluan menggunakan reagensmarquist dan Porta drug test kit. Hasil penelitian menunjukkan Kadar methamphetamine berkisar 0,2 sampai dengan 12.2 ng/mg dalam rambut.

Methampetamine dikenal sebagai Kristal Meth atau Ice, dan di Indonesia sebagai sabu-sabu.. Sabu-sabu memiliki kemampuan dapat membangkitkan secara dramatis ‘pasaran speed’. Penggunaan, dan penyalahgunaan, sabu-sabu makin meningkat selama satu dasawarsa penuh. Sabu-sabu selalu dianggap narkoba ilegal yang sangat berbahaya dan merusak. Senyawa aktif dalam sabu-sabu tersebut dapat merangsang Sistem Syaraf Pusat (SSP), maka peredarannya secara illegal dilarang di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika, sabu-sabu termasuk dalam golongan 1 yang peredarannya dilarang di Indonesia (Widayati, 2008). Pemeriksaan narkotika di laboratorium pengujian sangat memerlukan metode– metode yang cukup teruji dengan hasil yang optimal (Hegstd, 2008). Sampel –sampel uji sangat kompleks, meliputi tanaman yang mengandung bahan psikotropik, senyawa hasil sintesis dan isolasi, bahan makanan dan minuman yang mengandung sabu-sabu, dan juga senyawa hasil metabolit pemakai. Sampel hasil metabolit yang digunakan juga bervariasi tergantung dari kebutuhan pemeriksaan. Sampel yang digunakan biasanya urine, darah, dan rambut. Untuk senyawa hasil metabolit ini memerlukan perlakuan khusus untuk mendapatkan hasil analisis yang optimal.
Dalam hal ini, metode standard dalam analisis narkotika jenis sabu-sabu sangat diperlukan untuk memastikan apakah seseorang itu pernah menggunakan narkotika ataupun tidak. (Rosani, 2003).

Narkotika dalam urine dan darah memiliki keterbatasan dalam hal singkatnya antara waktu analisis di laboratorium dengan waktu pemakaian pengguna, Sampel urine akan terdeteksi setelah 24 jam setelah pemakaian oleh pengguna, darah selama 3 hari setelah pemakaian, dan rambut setelah 6 hari setelah pemakaian. Untuk pemeriksaan setelah satu bulan atau lebih pemakaian, sampel urin dan darah tidak dapat mewakili dari sampel yang diambil, dalam hal ini rambut pengguna sangat membantu untuk pembuktian jenis narkotika yang dikonsumsi. Narkotika tersebutdapat terdeteksi beberapa bulan setelah konsumsi terakhir, hal ini disebabkan karena senyawa tersebut masuk ke akar rambut melalui kapiler dan akan tertanam di batang rambut. Hal ini terjadi dengan penambahan panjang 0,9 – 1,2 cm per bulan.

Teknik yang yang telah dikembangkan dalam menganalisis narkotika dari rambut pengguna adalah teknik kromatografi dengan menggunakan Gas Chromatography Mass Spectroscopy (GCMS), Liquid Chromatography Mass Spectroscopy (LCMS) dan Radioimmunoassay (RIA) test (Hegstad, 2008). Kasus pertama dalam rambut manusia dilaporkan oleh Casper tahun 1858, beliau menentukan senyawa arsen dalam rambut setelah 11 tahun. Hampir 100 tahun kemudian, pada tahun 1954 Goldblum menentukan amfetamin pada rambut hamster melalui Radio Immune Assay (RIA). Pemeriksaan pertama dari narkotika pada rambut manusia melalui Teknik RIA dimulai pada 1980. Teknik RIA ini memliki keterbatasan penggunaanya karena kurang sensitif (Baumgartner, 1979). Teknik GCMS memiliki keunggulan terutama untuk senyawa bahan alam yang mudah menguap. Teknik HPLC dan LCMS memerlukan waktu yang lama dalam preparasi dan analisis jika dibandingkan dengan GCMS (Haller, 2010).

Analisis Cepat Methamphetamin pada Rambut Pengguna otter….(Zul Alfian, Harlem Marpaung, dan Muhammad Taufik)13karena itu, rambut dapat digunakan sebagai kalender dari kegiatan masa lalu dalam hal obat – obatan terlarang (Abdi, 2004). Teknik yang yang telah dikembangkan dalam menganalisis narkotika dari rambut pengguna adalah teknik kromatografi dengan menggunakan Gas Chromatography Mass Spectroscopy (GCMS), Liquid Chromatography Mass Spectroscopy (LCMS) dan Radioimmunoassay (RIA) test (Hegstad, 2008). Kasus pertama dalam rambut manusia dilaporkan oleh Casper tahun 1858, beliau menentukan senyawa arsen dalam rambut setelah 11 tahun. Hampir 100 tahun kemudian, pada tahun 1954 Goldblum menentukan amfetamin pada rambut hamster
melalui Radio Immune Assay (RIA). Pemeriksaan pertama dari narkotika pada rambut manusia melalui Teknik RIA dimulai pada 1980. Teknik RIA ini memliki keterbatasan penggunaanya karena kurang sensitif (Baumgartner, 1979). Teknik GCMS memiliki keunggulan terutama untuk senyawa bahan alam yang mudah menguap. Teknik HPLC dan LCMS memerlukan waktu yang lama dalam preparasi dan analisis jika dibandingkan dengan GCMS (Haller, 2010).

Preparasi dan analisis sabu-sabu menggunakan sampel rambut masih belum optimal dan memerlukan waktu yang lama. Khajuria (2014) menggunakan waktu preparasi 2 hari dan Teknik GCMS 30 menit. Mushoff (2002) memerlukan waktu Preparasi selama 3 hari dan Teknik GCMS selama 60 menit. Rusevska (2006) menggunakan waktu preparasi 1 hari dan Tenik GCMS 40 menit. Pemeriksaan di Laboratorium sederhana juga masih mengandalkan metode spot test dengan tingkat kepercayaan yang kecil. Hal ini sangat menyulitkan stakeholder mengingat data hasil pemeriksaan perlu cepat untuk dilaporkan (Widayati, 2008). Teknik preparasi, ekstraksi, dan penggunaan instrumentasi belum dioptimasi sehingga penelitian ini perlu dilaksanakan. Penelitian tentang sabu-sabu dalam senyawa hasil metabolit terutama rambut masih sedikit yang dilaporkan di Indonesia. Dengan meningkatnya pengguna sabu-sabu di Indonesia, maka diperlukan optimasi penentuan kadar methampetamin dalam rambut pengguna sabu – sabu menggunakan GCMS. (***)