Agum Gumelar : Tak Benar Sumbar Provinsi Intoleran dan Radikal

PADANG-Sumatera Barat dalam beberapa waktu belakang sering disebut sebagai provinsi intoleran dan radikal, oleh sejumlah pihak. Kondisi itu dibantah keras Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni (IKAL) Lemhannas RI, Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar.

“Tdak benar Sumbar sebagai provinsi yang mempunyai paham intoleran dan radikalisme,” tegasnya.

“Ini semua isu yang dikembangkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, untuk tidak mempersatukan bangsa,” sambung Agum Gumelar, saat menjadi narasumber dialog kebangsaan bertemakan “Peran Strategis Sumatera Barat dalam Penguatan Demokrasi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional,” di Hotel Santika Premier, Padang. Jumat, (25/11).

Agum Gumelar menekankan, radikalisme adalah suatu cara untuk merubah falsafah bangsa Pancasila dengan paham lain. “Itu baru radikal. Jadi, jangan termakan isu. Radikal jangan diidentikan dengan Islam. Saya Islam. Saya tidak radikal, karena dalam pemikiran saya tidak ada niat menggantikan Pancasila” tegasnya.

Lebih lanjut, Agum Gumelar menjelaskan Sumbar daerah yang sangat toleransi. Hal ini dibuktikan tokoh pendiri bangsa yang turut menegakkan bangsa Indonesia, seperti M Hatta, Agus Salim, M Nasir, dan masih banyak lagi.

“Mungkin mereka menjelaskan Sumbar intoleransi dikarenakan pada pilpres 2019 yang lalu, Jokowi hanya memperoleh 20 persen suara. Karena itu Sumbar disebut sebagai provinsi yang intoleransi,” jelasnya.

Baca Juga: Pandangan Daerah Intoleran Itu Tidak Benar, Pemprov Sumbar Beri Ruang Etnis Minoritas Menggali Nilai Adat dan Budaya

Agum Gumelar dengan tegas menyatakan, Sumbar merupakan provinsi yang mendukung toleransi. “Kalau intoleransi, pasti suara untuk pasangan presiden yang lain 100 persen. Itu baru intoleransi. Suara untuk pasangan Jokowi pada pemilu 2019 saja 20 persen. Jadi di mana intoleransinya” tanyanya.

Agum Gumelar menghimbau agar masyarakat jangan terpecah belah oleh isu-isu yang digoreng untuk memecah belah bangsa. “Dewasalah berdemokrasi, saya yakin Sumbar waspada akan isu-isu yang dapat memecah belah bangsa,” ucapnya.

Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P menjelaskan, Sumbar merupakan tempat untuk belajar keberagaman.

Hal ini dikarenakan Sumbar sendiri pada saat itu mempunyai tokoh – tokoh nasional bangsa yang nasionalis dan yang aliran kanan dan kiri.

“Sejarah menjelaskan, tokoh-tokoh nasionalis dari Sumbar begitu banyak seperti M Hatta, aliran kanan seperti Buya Hamka, M Nasir, dan yang aliran kiri juga ada seperti Tan Malaka. Oleh karena itu Indonesia belajar keberagaman itu dari Sumbar” ucapnya.

Reni Mayerni menjelaskan dalam pemikiran masyarakat Sumbar, siapa yang ditunjuk menjadi pemimpin, maka pemimpin itu akan di hormati.

“Pepatah Minang menyatakan, siapa yang menjadi suami amak awak, maka ia menjadi apak awak. Artinya, siapa yang menjadi pemimpin maka ia akan dihormati di Sumbar ini. Oleh karena itu, masyarakat Sumbar saling menghormati keberagaman,” tutup Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand).