Ragam  

Agar tak Ada Lagi Antrean Panjang di SPBU

Sejumlah kendaraan mengantre pembelian BBM jenis Solar di salah satu SPBU Khatib Sulaiman, Padang, Selasa (15/6). Hal tersebut dikarenakan keterlembatan kedatangan Truk pengangkut BBM untuk pengisian. (rian).

Oleh Eriandi

Agak kesal Ad Kojek (46) warga Simpang Lapau Manggih, Padang, Selasa (8/11) sore itu. Ia harus antre untuk mendapatkan solar di SPBU Ulak Karang. Dari jam 12.00 WIB antre, baru dapat giliran dua jam kemudian. Panjang antreannya.

“Kalau tidak diisi, truk tidak jalan. Tak bisa saya muat pasir untuk diantar ke pelanggan,” katanya.

Ia tidak paham alasan sulitnya mendapatkan solar. Yang ia tahu ketika ditanyakan kepada petugas SPBU, memang seperti itu keadaan sekarang. Solar agak susah.

Pemilik kendaraan bermotor di Indonesia tak terkecuali di Sumatera Barat saat ini mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi seperti pertalite dan bio solar. Kalau pun ada, terpaksa harus antre panjang untuk mendapatkannya. Bio solar yang agak terasa sulit untuk didapat. Beberapa SPBU mengatakan stok habis.

Lihat saja, dalam dua pekan terakhir ini antrean pemilik kendaraan berbahan bakar bio solar antre panjang menjelang sampai ke pompa SPBU. Apalagi kendaraan berbadan besar seperti truk bisa menghalangi jalan masuk kendaraan lain ke SPBU. Di beberapa titik, antrean truk mengganggu kelancaran lalu lintas.

Sementara, Section Head Communication & Relation PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut, Agus Setiawan menyatakan, Pertamina menambah kuota bahan bakar bersubsidi jenis pertalite dan bio solar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Sumbar hingga akhir 2022.Penambahan kuota BBM bersubsidi ini sudah disepakati pemerintah pusat melalui BPH Migas sejak 1 Oktober 2022.

Untuk pertalite sebelumnya kuota untuk Sumbar sebanyak 513.036 kiloliter dalam satu tahun naik menjadi 693.357 kiloliter. Pertalite ditambah 180.321 kiloliter akan mencukupi kebutuhan hingga akhir tahun nanti.

Bio solar pada awalnya kuota untuk Sumbar 407.879 kiloliter dan mengalami kenaikan menjadi 495.001 kiloliter. Terjadi kenaikan hingga 21 persen atau 87.122 kilo liter.

Kebutuhan Sumbar untuk bio solar di September 2022 sekitar 57.050 kilo liter, sementara bio solar yang tersedia hingga akhir tahun di angka 131.000 kiloliter.

Kebutuhan hingga akhir 2022 dengan asumsi kebutuhan sebulan 57.000 kiloliter maka total kebutuhan hingga akhir tahun mencapai 145.000 kiloliter dan ketersediaan itu hanya 131.000 kiloliter.

Asisten II Bidang Pembangunan dan Perekonomian Setdaprov Sumbar, Wardarusmen, pada Juni 2022 lalu mengatakan, kuota bahan bakar Jenis Bahan Bakar Tertentu (JBT) Solar untuk Sumbar pada 2022 menurun sebanyak tiga persen dari tahun 2021 sehingga diperlukan pengawasan lebih ketat agar distribusi tepat sasaran.