BATUSANGKAR – Mentari pagi mengintip di ufuk timur, sinarnya menghangatkan areal pembenihan bibit aneka sayur milik Mustafirin, 40, petani pengusaha milenial, di Jorong Malintang, Nagari Lawang Mandahiling , Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar.
Bibit aneka sayur yang ditanam dalam polybag berjejer rapi di green house yang atapnya dilapisi plastik UV. Jenis plastik tersebut dapat menahan sinar ultraviolet yang berlebihan tanpa merusak tanaman.
Melihat hijaunya tanaman dan merasakan hangatnya mentari, membakar semangat Mustafirin dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Melalui tangan dinginnya yang dibantu isteri tercinta, Yulia Seswita,35, usaha yang dirintisnya sejak 2012 telah berkembang pesat. Dari tempat pembenihan sayuran di areal seluas sekitar 1 hektare tersebut, mampu memasok kebutuhan benih atau bibit untuk para petani di Sumatera Barat (Sumbar).
Di green house tersebut, Mustafirin yang akrab disapa Mas Malin ini melakukan pembibitan aneka sayur, antara lain sejumlah suku terung-terungan, cabai, tomat, lobak, kubis.
Untuk kelancaran bisnis berbasis usaha pertanian itu, ia dibantu 50 tenaga kerja (pekerja harian dan freelance), sebagian besar dari mereka merupakan warga setempat dan selebihnya berasal dari sejumlah nagari tetangga Lawang Mandahiling.
Bibit tanaman sayuran yang ditanam dalam polybag plastik kecil sebagian merupakan bibit lokal dan sebagian lagi bibit berlabel yang dibeli dari distributor di sejumlah tempat di Sumatera Barat. Distributor-distributor tersebut mendistribusikan produksi bibit-bibit sayur dari sejumlah perusahaan di Jawa .
“Permintaan akan bibit sayuran di Sumatera Barat terus meningkat, dan kami menangkap peluang usaha ini,” tutur pria asal Kendal, Jawa Tengah, dalam perbincangannya dengan topsatu.com, di markas pembibitan sayur-nya di Malintang, Kamis (19/3).
Di tempat usahanya tersebut, pihaknya tidak hanya menjual bibit sayur secara eceran, tapi juga menjual secara grosiran. Bahkan, ayah dari empat orang ini mampu membuka outlet, tempat untuk memasarkan suatu produk hasil dari kegiatan produksinya. Dia memiliki banyak outlet yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh, Kabupaten Agam, serta Surian di Kabupaten Solok.
Ke depan, Mustafirin ingin mengembangkan usaha pembibitan sayur lebih besar dan dapat menjadi salah satu sentra pembibitan terbesar di Sumatera.
Modal kerja
Sebelum menggeluti agribisnis, Mustafirin pernah bekerja di sebuah pabrik di Batam, Kepulauan Riau, namun dia tidak betah karena merasa dirinya punya bakat sebagai pengusaha. “Daripada menjadi kapten di kapal besar milik orang lain, biarlah menjadi kapten di kapal kecil tapi milik sendiri,” ujar lulusan salah satu SMK Jurusan Otomotif di Kendal, Jawa Tengah.
Bermodalkan tekad itulah ia mundur menjadi karyawan pabrik dan membuka peruntungan di bidang usaha transportasi. Namun sayangnya usaha tersebut tak berlangsung lama, dan dia mengalami kebangkrutan.”Mungkin karena passion (gairah) saya tidak di bidang transportasi, saya menyadari punya bakat di bidang pertanian. Karena saya dibesarkan oleh orangtua saya yang petani di Kendal, maka saya tak ada salahnya menjajal di bidang usaha pertanian,” kata Mustafirin.