4000 Guru Agam Ikuti Seminar IMTF

AGAM – Pemerintah Kabupaten Agam menggelar seminar yang dikemas melalui kerjasama dengan Indonesia Millenial Teacher Festival 2019, di Auditorium IAIN Imam Bonjol Bukittinggi Kampus II, Kamis (25/7).

Kegiatan itu digelar dalam rangka memberikan pencerahan kepada guru untuk mengajarkan generasi menghadapi tantangan perkembangan teknologi.

Acara itu dibuka Bupati Agam, diwakili Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Agam, Drs. Isra, M.Pd. Seminar diikuti sekitar 4.000 guru TK, SD dan SMP.

Bertindak sebagai narasumber yang sengaja didatangkan dari Jakarta, salah seorang Psikolog anak Indonesia yaitu, Dr. Seto Mulyadi, M.Psi yang akrab dipanggil Kak Seto dan motivator Mr. Dedi Vitra Johor.

Dalam sambutan tertulis Bupati Agam yang dibacakan Kadisdikbud, Drs. Isra, M. Pd mengatakan, akhir-akhir ini istilah millenial begitu akrab didengar. Generasi Millenial umumnya memiliki karakteristik suka memegang kendali. Bahkan mereka lebih suka menggunakan teknologi untuk belajar dan melakukan telekomunikasi dari mana saja.

“Dari usia mereka sangat muda, juga akan memegang peran yang begitu penting dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) saat ini mencatat 50 persen penduduk usia produktif berasal dari generasi Millenial. Bahkan jumlah itu bisa mencapai 70 persen dari penduduk usia produktif pada 2020 sampai 2030.

Namun, tidak sedikit pula generasi Millenial yang menjadi korban dari keganasan media sosial. Sehingga tidak heran lagi terjadi kasus pelecehan seksual yang bermula dari media sosial dan kasus lainnya.

Kendati demikian, dikatakan Isra, untuk meminimalisir dan memperkecil, serta menghilangkan krisis multidimensional terutama perilaku tidak bermoral yang meluas di masyarakat, perlu menata konsep dan implementasi pendidikan kepada anak.

Dalam menjamin pendidikan nasional yang mantap, perlu dijaga konsistensi pendidikan karakter sejak dari landasan filosofi, sistem pendidikan sampai praktik pendidikan,” katanya.

Dengan demikian, pendidikan karakter bukan hanya tugas guru di sekolah, tapi tanggungjawab bersama dalam keluarga dan di tengah masyarakat demi masa depan yang cemerlang generasi muda, bangsa dan negara.

Kecanggihan dalam mengakses informasi melalui teknologi abad 21, membutuhkan respon yang proaktif untuk memfilter terjadinya penurunan nilai karakter masyarakat. Kalau tidak, akan berdampak buruk kepada masyarakat terutama generasi Millenial.