20 Klien Bapas Bukittinggi Ikuti Pelatihan Barista

Kepala Bapas Bukittinggi Elfiandi memberikan sambutan pelatihan Barista. (asrial Gindo)

BUKITTINGGI – Sebanyak 20 klien Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Bukittinggi mengikuti pelatihan Barista usaha warung kopi, Rabu (17/2).

Pelatihan yang digelar Bapas Bukittinggi berlangsung selama 10 hari kedepan itu bekerjasama Alfa Bros Entrepreneur. Pelatihan dibuka langsung Kepala Bapas Kelas II Bukittinggi, Elfiandi.

Kepala Bapas Elfiandi mengatakan salah satu tugas dan kewajiban Bapas adalah membina dan memberikan pelatihan kepada kliennya, sehingga saat mereka kembali kepada masyarakat sudah memiliki bekal pengetahuan berusaha secara mandiri.

Dijelaskannya, selama 2021 itu ada empat program pembinaan untuk kliennya yang akan dilaksanakan. Tiga diantaranya merupakan program kemadirian dan satu kegiatan merupakan program pembinaan kepribadian.

Sedangkan, pelatihan Barista atau usaha warung kopi itu merupakan salah satu program kemandirian yang dilakukan Bapas Bukittinggi untuk kliennya.

Dalam kegiatan itu pihaknya bekerjasama dengan Alfa Bros yang selama ini menjadi sudah menjadi mitra dari Bapas Bukittinggi.

“Harapan kita dengan adanya pelatihan itu, kliennya memiliki pengetahuan berusaha sehingga mereka itu tidak lagi melakukan pelanggaran hukum,” tegasnya.

Terkait kriteria kliennya yang diberikan pelatihan itu, Elfiandi mengatakan tidak ada kriteria khusus. Tapi pihaknya mengutamakan mereka yang belum memiliki usaha.

Sementara pimpinan Alfa Bros Fauzan Alawi yang dikonfirmasi Singgalang mengatakan pelatihan yang ia berikan kepada klien Bapas itu adalah usahan kopi ala cafe. Mulai dari proses pembuatan kopi hingga peserta itu dapat mandiri menjual kopinya.

“Artinya mereka itu tidak sekadar pandai membuat kopi, tapi bagaimana mereka dapat mengelola UMKMnya,” ujar Fauzan

Karena itu, selama 10 hari pihaknya memberikan pendampingan kepada klien Bapas itu secara lengkap. Mulai dari pelatihan pembuatan kopi, pelatihan brending, management, marketing dan selling.

Mereka itu juga belajar tentang industri kopi kekinian. Mulai dari kopi, minuman yang dijual di kampung kampung hingga kopi yang dijual di cafe-cafe.

Menurut Fauzan kalau berbicara tentang kopi cafe, anggapan orang pasti mahal. Padahal industri kopi seperti yang dibuat dan disajikan di cafe-cafe itu juga bisa dilakukan anak muda dengan modal seminim mungkin.

“Hal itu pulalah yang kita bekali kepada klien Bapas tersebut, sehingga mereka dapat pula mengembangkan usaha kopi itu dengan modal seminim mungkin,” tegasnya. (gindo)